![]() |
Ega saat berlatih di Basecamp |
Magetan - Shunt didirikan Agustus 2006. Nama Shunt diambil dari salah satu nama perlengkapan olah raga panjat tebing. Shunt secara harfiah berarti mundur. “Shunt di sini kami artikan mundur dari keterbelakangan. Jadi, kami harus bisa lebih maju,” papar Pengurus Komunitas Panjat Tebing Shunt, Khoirul.
Shunt didirikan sebagai wadah berkumpul anak muda yang mencintai olah raga panjat tebing. “Dulu, anggota kami cuma anak-anak dari seputaran Milangasri,” kata Ketua ‘shunt’, Rudi.
Kini, Shunt yang berada di Milangasri, telah memiliki 73 orang anggota. Tidak hanya dari Kabupaten Magetan, namun sampai Madiun, Ponorogo dan Nganjuk.
![]() |
Lomba SPT diMadiun |
Dalam perekrutan anggota, komunitas ini tidak memandang usia. “Syarat utamanya, cinta pada olah raga panjat tebing,” kata Khoirul.
Adalah Ega dan Egi. Dua saudara kembar ini baru kelas 3 SD. Namun, keduanya telah banyak mengikuti kejuaran panjat tebing yang diselenggarakan di berbagai daerah. Tahun kemarin, Ega meraih lima belas besar di kejuaran panjat tebing se-Jawa Timur yang diadakan di Ponorogo.
Shunt yang mengadakan latihan setiap Selasa hingga Jum’at ini telah banyak membawa pulang tropi di beberapa kejuaraan. Indra, misalnya. Dia pernah menjadi juara pertama di nomor speed di kejuaraan panjat tebing se-eks Karesidenan Madiun. Ketua Shunt, Rudi, pernah juara 3 di Madiun. Saat ini, Rudi sedang mengikuti karantina untuk Poprov III Jatim. Dia berangkat dari kabupaten Madiun karena di Kabupaten Magetan olah raga ini belum mempunyai induk di KONI.
Persatuan olah raga panjat tebing di Magetan baru mendapat rekom dari KONI Magetan pada bulan Juni kemarin. Bulan ini, KONI memproses agar persatuan panjat tebing mendapat rekom dari KONI Jawa Timur.
Shunt, Komunitas Panjat Tebing di Magetan hanya memiliki dua buah wall yang berukuran 3 Meter. Namun, sederet prestasi telah
ditorehkan. nan